Kenalan Yuk dengan ADHD




"ADHD tuh bukan hal buruk, kok. Dan jangan merasa
berbeda dengan mereka yang nggak punya ADHD." ~ Adam Levine



Iya, saya setuju banget sama vokalis Maroon 5 yang lincah di setiap konsernya dan ganteng (laaah 😄) ini. ADHD memang bukan hal yang buruk, kalau kita tahu dan memberikan penanganan yang tepat. Dan hanya karena anak kita hidup dengan ADHD, nggak semestinya jadi rendah diri. 

Kayaknya semua sudah tahu ya kalau anak saya, Altaz (7 tahun) di-diagnosa ADHD? Sudah lama sebetulnya hal ini terjadi dan beberapa teman dekat pasti tahu kondisi Al. Tapi di akhir tahun ini saya jadi lebih terbuka, sejak September tahun ini (2019) yang berbarengan dengan ulang tahun Al. Saya dan suami berniat ingin memberi tahu orang tua murid di kelas Altaz dengan cara yang asyik. Akhirnya kami pilih membuat buku ilustrasi anak yang saya beri judul Jungkir Balik Bersama Al.





Nah, tepat setelah buku itu dibagikan, jauh di sana tersiar kabar seorang anak dengan ADHD yang "kabur" dari rumahnya. Endingnya gimana, pasti sudah tahu ya? Dan kejadian itu kemudian memicu masyarakat untuk mengenal apa itu ADHD. Saya kemudian jadi tergerak untuk berbagi tentang ADHD yang saya kumpulkan dalam album di Facebook.

Setelah itu banyak yang jadi cemas apakah anak mereka yang aktif alias nggak mau diem itu termasuk ADHD atau bukan. Atau apakah ADHD bisa disembuhkan? Atau, ADHD itu apa sih? 

Di tulisan ini, saya pengen banget jelasin tentang ADHD secara sederhana (mudah-mudahan pesan saya sampai ya 💖). Semuanya hanya demi satu alasan: agar masyarakat umum lebih paham tentang ADHD dan nggak ketakutan banget. 

Apa Itu ADHD?

ADHD atau Attention Deficit and Hyperactivity Disorders adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. 

Artinya, dalam seorang anak dengan ADHD, ada gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik sehingga menyebabkan aktivitas yang tidak lazim atau dan cenderung berlebihan. Ada pula yang menyebut ADHD adalah gangguan perilaku, berdasarkan dari banyaknya gerakan yang dihasilkan tanpa tahu tempat dan tujuannya atau emosiya yang naik (impulsifitas). 

Sengaja saya bold dan kasih warna berbeda di bagian "peningkatan aktivitas motorik" sehingga nanti teman-teman akan mudah memahami penanganan pada ADHD ya. 😊





Apa Saja Ciri-ciri ADHD?

💫 Hiperaktif
      - Tidak dapat duduk dengan tenang.
     - Berlari atau memanjat tanpa tujuan dan alasan yang jelas dan tidak 
       pada tempatnya. 
     - Selalu bergerak di manapun dan kapanpun. 
     - Cerewet.
     
💫 Impulsif
    - Berkemauan keras.
    - Bertindak tanpa memikirkan risiko dan efek yang akan menimpanya atau 
      orang lain. Misalnya, memukul atau menendang hanya karena masalah kecil
    - Sering memotong pembicaraan orang lain
    - Tidak sabaran.
    - Bermasalah dengan tunda giliran (mengantri).
    - Bermasalah dengan regulasi atau aturan.

💫 Inatensi (kurangnya perhatian)
    - Tidak teliti atau ceroboh.
    - Sering ketinggalan atau kehilangan barang-barang.
    - Tidak menyukai tugas yang berhubungan dengan konsentrasi tinggi. 
    - Sering tidak mendengarkan ketika diajak berbicara.
    - Kurangnya kontak mata (tidak menatap lawan bicara).


Ada Berapa Tipe ADHD?



Gini, teman-teman. 

Bayangkan ADHD adalah sebuah payung yang menaungi beberapa gangguan yang berhubungan dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif tadi. Payung ini dikenal dengan SPEKTRUM. ADHD tidak masuk ke dalam spektrum Austism seperti yang selama ini dikenal. Tetapi ia sudah menjadi spektrum sendiri dengan gejala-gejala unik. 

Di dalam spektrum ADHD ini ada tiga tipe ADHD yaitu:

💝 ADHD yang didominasi oleh Innatensi.
💝 ADHD yang didominasi oleh Impulsif.
💝 ADHD yang didominasi oleh keduanya. 

Altaz, termasuk anak ADHD yang punya inatensi dan impulsif yang lumayan tinggi, hehehe. 

Apa Penyebab ADHD?

Sebetulnya sih dari semua referensi dan jurnal yang saya baca, juga hasil wawancara saya dengan terapis Fisioterapi Anak di Klinik Tanaya (Qina Nugroho) penyebab ADHD hingga saat ini masih diperdebatkan. 

Artinya belum ada kepastian yang betul-betul menyatakan bahwa penyebab ADHD hanya satu faktor saja. Jadi masih banyak faktor yang diduga memengaruhi hingga seseorang diagnosa dengan ADHD. 

Beberapa di antara faktor tersebut adalah:

💝 Faktor genetik
💝 Lahir prematur
💝 Sesama masa kehamilan, Ibu mengalami stress
💝 Kelainan pada struktur fungsi otak
💝 Ibu hamil yang mengonsumsi NAPZA
💝 Paparan racun ketika dalam kandungan atau saat bayi
💝 Pemakaian gawai






Nah, aku mau kasih catatan di pemakaian gawai ini, ya. Jadi nih, meski kontennya untuk anak tapi ternyata banyak faktor yang memengaruhi anak-anak di bawah umur dengan gawai. Misalnya kecepatan para tokohnya bergerak semisal di film Cars, Thomas and Friends atau Planes (tiga di antaranya nih ya). Gerakan yang cepat ini rupanya berpengaruh untuk anak-anak yang somehow kemudian jadi bikin anak bergerak aktif juga dan pikirannya loncat-loncat. 

Salah satu faktor gawai ini aku akui adalah faktor yang ada di Altaz. Altaz tuh suka banget sama film-film yang tadi saya sebutkan di atas dan ternyata memengaruhi dia. Menyesal sih sudah pasti ya, tapi kan aku harus mikirin ke depannya gimana dan mau apa. 

Kalau boleh aku sarankan, mumpung belum terlambat, yuk batasi anak kita bermain gawai. Bukan hanya membatasi tapi kita juga berperan aktif menemani mereka dan jadi pengganti gawai. Aku tahu kita pasti bisa kok 💕.

Bagaimana Penanganannya?

Penanganan ADHD yang tepat adalah melibatkan dokter tumbuh kembang, psikolog dan terapis. Yang perlu diingat adalah, proses diagnosis dan assesment ini butuh waktu ya, teman-teman. Dokter tumbuh kembang pasti nggak mau ambil risiko dengan salah diagnosis dan penanganan misalnya. 

Pengalaman saya dengan Al juga begitu. Al tidak langsung didiagnosis ADHD, tapi diberikan terapi yang diikuti assesment hingga akhirnya diagnosis itu keluar. 


Biasanya nih, penanganan untuk ADHD ada beberapa. Penanganan ini tergantung dari kondisi masing-masing anak (tiap anak pasti punya kondisi yang berbeda kan ya), dokter dan psikolog yang menangani. 





💖 Terapi Okupasi dan Fisoterapi. 
   Sebagai gambaran, terapinya apa saja, sudah saya tulis di 3 Terapi untuk Anak ADHD. 
💖 Diet khusus  di bawah pengawasan dokter.
💖 Obat di bawah pengawasan dokter.
💖 Terapi perilaku. 

Pengalaman saya dengan Altaz nih ya, di tahun awal itu dia hanya menerima terapi okupasi dan fisioterapi. Dan itu sangat, sangat membantu perkembangan Altaz. Saya bersyukur Al tidak memerlukan diet khusus atau rutin minum obat. Ketika saya tanyakan tentang terapi perilaku, psikolog dan terapisnya malah tidak menyarankan terapi tersebut. 

Nah ini berhubungan sama aktivitas motorik yang tadi saya sebut di atas. Pada anak berkebutuhan khusus nih, ada banyak gangguan motorik yang harus dibenahi. Kalau gangguan motoriknya sudah diatasi, anak ADHD akan bisa duduk tenang, menggunakan regulasi dirinya dengan baik dan bisa menekan impulsif. 

Klinik tempat Altaz melakukan terapi ini lebih menekankan pada tahapan sensori sebagai fondasi tumbuh kembang anak. Jadi sedari awal mereka tidak menyarankan pemberian obat (yang sudah dikenal punya efek samping). Mereka punya program khusus untuk mencapai goals pada setiap anak yang diterjemahkan secara sederhana lewat aktivitas terapi ramah anak. 

Saran saya, cari klinik yang punya program seperti yang saya bilang di atas. Selain nyaman untuk anak dan orang tua, input negatif pada anak juga bisa diminimalisir. 

Apa yang Harus Saya Lakukan Untuk Mengetahui Apakah Anak Saya ADHD atau Tidak?

Setelah kejadian luar biasa yang saya tadi saya bilang, kesadaran orang tua akan ADHD tuh ternyata meningkat. Ada yang menganggapi secara keliru berdasarkan informasi yang sepotong-sepotong. Ada pula yang bijak. 

Yang pasti, sebagian besar mereka ini panik. Mereka mulai mengingat-ingat apakah anaknya hiperaktif, nggak konsentrasi dan sebagainya. Terus outputnya begini, "Jangan-jangan anak gue ADHD, nih!"

Nyahahaha.

Nggak semudah itu ya, Buk, Ibuk semua. 

Selagi lagi, diagnosa ADHD hanya diberikan oleh dokter tumbuh kembang anak berdasarkan pemeriksaan dan assement dengan psikolog. Nggak sembarangan loh dokter ngasih diagnosa. 

Tapi Buk Ibuk semua bisa mengidentifikasi anaknya masing-masing. Dan ketika tanda-tandanya sudah ada tetap harus memeriksakan anak ke dokter tumbuh kembang ya. Apakah memang ADHD atau  gangguan yang lain. Atau malah nggak ada gangguan sama sekali 😊.

💖 Identifikasi dengan pedoman yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association), yang menerapkan kriteria untuk menentukan gangguan pemusatan perhatian dengan mengacu kepada DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th edition tahun 2005).

💖  Gejala-gejala yang tadi ada di atas terjadi selama minimal 3 hingga 6 minggu berturut-turut tanpa henti.

💖   Gejalanya berlangsung di manapun dan kapanpun. 

Jadi kalau memang anak-anak Buk Ibuk memenuhi tiga syarat di atas tadi, ya harus buru-buru menemui dokter tumbuh kembang. Pokoknya jangan langsung mendiagnosa sendiri. Bisa bahaya.

Apakah ADHD Bisa Sembuh?

Nah ini pertanyaan jebakan, hahaha.

Dari semua referensi yang saya baca sih, pedapatnya beragam. Tapi yang paling saya percaya dan harus saya hadapi adalah pendapat dari terapis dan dokter yang menangani Altaz. 

Ketika saya tanya, mereka bilang ADHD tidak bisa sembuh karena bukan penyakit. Masuk akal sih. ADHD bukan seperti flu atau sakit kepala yang reda atau sembuh ketika kita minum obat. 

Tetapi, ketika mendapatkan penanganan yang tepat sedari awal, anak dengan ADHD bisa tumbuh dengan baik. Seiring waktu dan seiring perkembangan usianya, ia akan mengerti dan bisa menempatkan diri sehingga menahan impulsifnya agar tidak meledak. 

Artinya, gejala-gejala yang tadi saya sebut di atas, akan memudar tapi tetap akan ada. Misalnya soal cerobohnya, sering ketinggalan barang-barangnya atau sering terlambat. 

Tapi, Buk Ibuk nggak perlu khawatir soal ini. Terus berusaha, sabar dan konsisten dengan semua ikhtiarnya ya. Insya Allah, hasilnya juga akan terasa. 

Apakah Orang dengan ADHD Bisa Hidup Normal?

Hei, orang dengan ADHD itu normal, Buk Ibuk. Mereka nggak punya ciri khas khusus atau kekurangan yang diartikan "tidak normal".

Mereka hanya perlu diarahkan dengan hiperaktif dan pemusatan perhatiannya. Juga impulsifitasnya, hihhi. Selebihnya mereka baik-baik saja, kok. Tidak perlu cemas asal mau menangani dengan baik dan tepat.

Salam hangat untuk anak-anak ya. 

Salam,

Dyah Prameswarie

Komentar

  1. Terima kasih atas informasinya mbak Dy...
    Memang jungkir balik dan tak mudah...
    Sy jg mengalaminya...
    Qt jg sbg ortu harus terus2an mereset pola2 di rmh utk menangani anak spt ini...
    Rumusnya:
    Tidak mudah yaa tp hrs tetap dijalani, krn dijalani tadinya berasa nyesek tiba2 ky bnyk nemu pengetahuan2 baru...

    BalasHapus
  2. keponakanku dulu pernah dikira ADHD ama mama mertua. Hanya krn dia 'terlalu lincah' di mana2 :D. Tapi terbukti setelah dibawa ke dokter, dan diajak ngobrol, dokter lgs bilang, 'ini mah bukan hyperactive. Cucu ibu punya rasa ingin tahu yg sangat tinggi, dan itu ga sama dengan hyperactive'. intinya begitu.. dan sekeluarga lgs tenang banget :D.

    Butuh kesabaran, disiplin dan konsisten ya mba untuk menangani anak ADHD.

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca blog saya. Saya akan senang membaca komentarmu. Mohon tidak meninggalkan link hidup ya. :)