Menari di Dancing Crab


I'm on a seafood diet. Everytime I see food, I eat. 



Nyahaha, seandainya setiap kali makan tuh nggak ngaruh ke berat badan, niscaya saya mau makan terus deh. Hahaha. Apalah daya, makan sesuap nasi aja kayaknya sudah menyumbang sekian gram lemak di tubuh saya 😂😂.

Omong-omong soal seafood, beberapa waktu yang lalu saya sedang kepingiiin banget makan makanan laut. Semenjak sebelum ke KL sebetulnya, dan sudah diwanti wanti Tian bahwa kami akan makan seafood di sana. Tapi ternyata, no seafood baby! 

Ya sudahlah, makan di Bandung saja, pikir saya waktu itu. 

Selama tinggal di Surabaya, saya nggak pernah kesusahan sama urusan cari resto seafood. Dari kelas PKL sampai restoran, rasanya enak semua. Pas di lidah. Waktu melancong ke Ancol pun demikian.




Saus yang melimpah dengan irisan bawang bombay dan daun bawang, daging cumi atau kepiting segar dan segelas es lemon tea sebagai penyegar adalah yang saya inginkan. Tahulah ya, ciri khas rasa seafood di Indonesia. Ada rasa saus tiram, saus Inggris dan saus tomat di hampir setiap masakannya. Dan itu, saus Padangnya juara bener. 

Nah, dengan harapan merasakan ciri khas rasa tersebut, akhirnya malam minggu yang lalu saya dan anak-anak menyempatkan ke Bandung demi makan seafood. Sebetulnya kami sudah punya resto unggulan, tapi berhubung Afif ingin mencoba sesuatu yang baru, maka melanconglah kami ke Dancing Crab. 


Dancing Crab

Setelah sampai di Dancing Crab, ternyata ini adalah resto fusion gitu. jadi pencampuran antara Indonesia dan Western (saya tengarai sih Perancis dan Kanada, karena rasa bumbu cajunnya yang terasa atau mungkin Mediterania). 

Jadi kalau pernah lihat gaya makan yang makanannya dituang begitu saja ke atas meja beralas plastik, maka Dancing Crab adalah tipe resto seperti itu. Khusus menu Combo ya. menu lain tetap terhidang dengan mangkuk atau piringnya, kok 😆.



Oke, akhirnya kami pesan menu Combo untuk bertiga, yang ternyata nggak ada kepitingnya. Hahaha, beneran ketawa ngenes deh saya 😰. Akhirnya ya kami pesan menu kepiting dan lobster yang hanya bisa digoreng. Beklah. 

nah, si menu combonya ini terhidang dengan kerang hijau, kerang mutiara, sosis, kentang, jagung, udang dan cumi. Porsinya tentu kurang buat kami yang makannya memang kalap, hahaha. Sebetulnya ada sih paket yang lebih besar tapi karena kami iingin nyobain kepiting dan lobsternya, akhirnya kami pilih yang ini. Oh ya, menu combo ini sudah termasuk 3 porsi nasi dan 3 minum yang bisa dipilih.

Menu Combo



Seasonal Crab dengan saus a la Dancing Crab (tingkat kepedasan mild)

Dan ketika kepitingnya terhidang... asli saya pengen nangis. Hahaha. Kepitingnya (kelihatannya) direbus dan dituang saus kemudian diaduk dan dihidangkan. Jadi, sausnya itu tidak meresap ke dalam daging kepitingnya *sorry to say* , padahal sausnya enak dan kalau saja melimpah dan meresap ke dalam daging kepitingnya, akan sangat enak sekali disesap. Hehehe. Well, mungkin palete rasa saya memang berbeda atau eskpetasi saya yang ketinggian. Pardon me. 

Lobsternya digoreng dengan taburan bawang putih yang melimpah dan ini enak banget. Penyajiannya juga menarik, jadi ingin langsung ngembat. Hahaha. 

Lobster

Untuk Al yang tidak terlalu suka seafood, saya memesankan semangkuk mi kuah dengan pangsit udang  yaaang ENAK BANGET. Kuah beningnya betul-betul terasa kaldunya. Disajikan dengan mie yang halus dan pangsit udang yang royal. Oh ya, di dalam pangsit udangnya itu terdapat cincangan cilantro atau daun ketumbar. Jadi rasanya agak nonjok buat yang memang nggak terbiasa dengan daun ketumbar. Tapi tetap enak, kok. 



Selain menu di atas, kami juga memesan Hakau yang juga enak. Di dalamnya ada cincangan besar udang yang sudah dibumbui denganminyak wijen. Kulitnya juga lentur dan transparan. 

So, kalau sedang cari resto seafood dengan rasa dan pengalaman yang berbeda, DANCING CRAB bisa dijadikan pilihan. Letaknya juga di pusat kota Bandung, sehingga mudah dijangkau. Tempat parkiri disediakan dan cukup luas. Atmosfernya juga nyaman, kok. Apalagi ambil tempat di belakang. 

Jadi, apakah saya akan kembali ke Dancing Crab? Hmmm...saya harus berpikir ulang. But it was good experience after all. 

Salam,

Dyah Prameswarie



DANCING CRAB

Jln. Sumatera No. 21 Bandung


Komentar

  1. Aku ngiler dan aku ngiler.. sekian

    BalasHapus
  2. Ah iya cita - cita kita makan seafood di KL sirna sudah, hiks. Insya allah next time bisa makan seafood di KL ya aamiin. Ah jadi ingin ke Dancing Crab nih, Marwah suka seafood juga soalnya.

    BalasHapus
  3. Hmm beda ya kalau tukang masak mah sampai hafal rasa bumbunya Mediterania, kalau buat aku rasa makanan cuma ada dua: enak sama nggak enak :)))

    Aku tertarik sih teh ke sini karena emang suka parah sama seafood, namun belum sempat aja dan kebanyakan temen-temenku ndak suka seafood. Mau nggak teh Dydie menemaniku sambil nge-bujo?? :D

    BalasHapus
  4. Nama restorannya lucu ya. Dancing Crab. Ngingetin sama Tuan Crab 😆
    Aduh, baca cerita Teteh makan lobster dan liat fotonya, seketika perut bergejolak lapar. Huhuhu.

    BalasHapus
  5. baru tau ada makanan yang dituang begitu aja

    unik sih, tapi trus ngebersihinnya gimana?

    Penasaran :D

    BalasHapus
  6. Waahh pengen deh kepitingnya coba sampai ke dalam ya bumbunya

    BalasHapus
  7. teh aku jadi tertarik makan disini kira kira harganya berapa

    BalasHapus
  8. Teteh aku udah lama pemasaran sama Dancing Crab. Aku tuh sukaaa banget sama kepiting :D

    BalasHapus
  9. Aku juga pernah makan seafood yang bumbunya gak merasuk, teh...
    Lalu aku mikir lagi, apa kalau dimasaka sama bumbunya, harus cepat habis. Sedangkan kalau masak terpisah, lebih awet.

    Begitukah teh Dy?

    BalasHapus
  10. Menunya favorit saya banget. Rasanya semua seafood saya sukaa.

    BalasHapus
  11. Mendingan beli yang satu2, yang combo walau campur2 kayaknya isinya dikit ya, Bu Paus, haha... Walau bumbunya kurang meresap, tapi cukup enak kan ya...

    BalasHapus
  12. Pesat sekali perkembangan daerah Jalan Sumatera ini. Saya dulu bersekolah di jalan itu. Dancing Crab belum ada, Sushi Tei tetangganya juga belum ada. Sekiranya Dancing Crab sudah ada, barangkali sepulang sekolah mungkin saya akan minta dijemput ayah saya untuk makan di sana.

    Makan seafood dengan dituang langsung ke meja pasti mengasyikkan. Jorok ya jorok dah, tapi enak :)) Mudah-mudahan restoran ini masih buka kalau saya mudik ke Bandung. terakhir kali ada restoran seafood yang cara makannya ditumpahkan ke meja ini, restorannya tutup 1 tahun kemudian :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca blog saya. Saya akan senang membaca komentarmu. Mohon tidak meninggalkan link hidup ya. :)