Alasan Menulis Blog yang Menyerangku Belakangan Ini



“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ?
Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin,
akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” 
― Pramoedya Ananta Toer

27 Oktober. 

Hari blogger nasional.

Saya geming ketika mengetahui hal tersebut. Bahkan ketika teman-teman blogger riuh mengucapkan selamat hari blogger, saya malah tersenyum kecut. Pun ketika mereka kemudian menuliskan pengalaman mereka seputar dunia blogging, saya semakin merana. Lol.

Bukan, bukan karena saya tak bangga menjadi blogger. 
Bukan karena saya tak menyukai dunia blogging yang sudah sedari 2014 saya jalani dan hingga kini masih terus saya pelajari. 

Tapi saya merasa sedang diketapel dari berbagai arah. 

Sampai suatu saat ketika Blogger Perempuan Network mengadakan tantangan 30 Hari Menulis Blog. Tema pertama adalah alasan menulis blog. 

Baik. 
Saya harus menuliskan ini, meski rasanya perih dan semakin galau. Hahaha.

Awal Mula Saya Nge-Blog

Sebetulnya saya nge-blog sudah dari tahun 2012, di Wordpress. Tapi saya lupa passwordnya (alasan macam apa ini 😂) dan merasa tidak cocok menulis di blog karena harus mengandalkan koneksi internet. Saat itu koneksi internet memang jadi suatu kemewahan buat saya. Saya harus mengupayakan sepenuh hati dan menggunakannya dengan snagat hati-hati (baca: menghemat). Di tahun itu pula saya lebih banyak menulis naskah buku, dunia yang sudah saya impikan sejak lama. 

Menulis sendiri buat saya sudah saya lakukan sejak SD. Menulis puisi dan mengirimkannya ke majalah Bobo, hahaha. Lalu mulai lagi saat SMP. Menulis cerita super pendek yang saya bagikan ke teman-teman. Saat itu tulisan saya masih dipengaruhi oleh Lupus. Iya, saya bisa menulis komedi. Hahaha.

Berlanjut saat SMA, saya menulis puisi dan cerita pendek untuk mading. Setelah itu passion menulis saya surut tapi masih tersimpan rapi di hati. Tsaah...

Sampai di suatu waktu di tahun 2015, saya mulai banyak membaca buku dan menulis lagi. Dan nekat memberanikan diri mengikuti kompetisi menulis di Grasindo. Cerita saya lolos 20 besar dan sempat hendak diterbitkan, namun entah kenapa malah tidak ada kabar. Nah, di akhir 2010 dan awal 2011 itulah saya kembali lagi dan berhasil menerbitkan sebuah buku. Bangga!



Kembali lagi ke awal mula nge-blog...

Di tahun 2014, saya sedang senang-senangnya membaca dan menonton tulisan atau tayangan bertema kuliner. Novel The Mistress of Spices yang saya baca di tahun 2015 itu memicu saya untuk bisa menulis kuliner. 

SAYA INGIN MENJADI FOOD WRITER. PENULIS KULINER.

Dan sebagai penulis buku saya tahu, saya harus RISET. Saya harus memulai dari awal, dari nol kalau perlu, saya NGGAK PEDULI. 


Membaca bacaan kuliner (termasuk buku resep, esai, sejarah, blog, novel, komik atau artikel) dan menonton film kuliner (yang masih jarang) belum cukup. Saat itu saya sedang merancang sebuah novel grafis kuliner. 

Lalu terbesit satu ide: saya harus mendekat ke orang-orang yang bergerak di bidang kuliner. 

Tapi, bagaimana caranya?

BLOG!

Saya berpikir menulis blog bisa membuat saya dekat ke sumber-sumber informasi. Dengan menulis blog setidaknya saya bisa tahu lebih dekat bagaimana sebuah makanan dibuat, bagaimana kerja seorang chef, mengenal banyak bahan makanan, tahu tentang teknik memasak dan lain-lain. 

Maka, mulailah saya menulis blog kuliner. Dari awal. Tapi saya sama sekali nggak keberatan. 

Jujur, uang bukan fokus utama saya saat itu (tanpa mengecilkan niat teman-teman yang punya fokus utama ini ya 😍). Saya tahu betul, gimana mau dapat job atau uang dari blog  yang masih baru? Wkwkwk. Teman-teman yang duluan ada di posisi ini, pasti sudah bekerja lebih lama dari saya, effortnya juga besar dan nggak ada yang instan (bahkan Indomie pun harus dimasak ye kan? Wkwkwk). 

Meski sudah punya pengalaman menulis buku, tapi menulis blog adalah sesuatu yang berbeda, hal baru buat saya. Karenanya saya nggak malu atau keberatan belajar dari teman-teman yang sudah lebih dulu terjun di dunia ini. 

Saya rindu mencoba resep di dapur lantas menuliskannya menjadi karya fiksi. 


Saya cuma ingin menikmati prosesnya. Saya cuma ingin memuaskan rasa penasaran saya akan suatu resep atau makanan dan membagikannya lewat tulisan. Dari berlatih inilah saya yakin saya akan mendapat banyak pengalaman dan hal-hal lain yang menyenangkan. 

Dengan bantuan Efi dan Tian, saya akhirnya membangun blog ini. Dydie Kitchen Hero. Blog yang mendatangkan hal-hal menyenangkan untuk saya selama ini.



Kemudian datang kesempatan pertama, yaitu meliput event Dilmah. Minim pengalaman sebagai blogger, saya antusias banget mengikuti event ini. Daan, keinginan saya untuk langsung melihat bagaimana seorang chef bekerja, sepiring makanan dibuat, atau mengenal teknik memasak betul-betul terjadi di event ini. 

Sampai kemudian, tulisan saya menjadi juara harapan dan mendapat hadiah. Senang dan bangga! Llau jadi keterusan, hahaha.

Seiring berjalannya waktu dan pengalaman yang saya lalui, serta petuah-petuah Efi dan Tian (juga teh Ani Bertha, Sintha Ries dan Carolina Ratri) blog dan kemampuan saya juga bertambah. Ada hal baru yang saya pelajari, bahkan saya bisa memperdalam passion saya yang lain, food photography. 

Lalu Kenapa Merasa Diserang?

Karena anu... 

Rasanya kok saya sudah melenceng terlalu jauh dari alasan atau niat saya nge-blog ya. Wkwkwk. Saya nggak mau menampik kenyataan bahwa penghasilan saya dari blog lumayan besar dan mengalir terus tiada henti (Alhamdulillah! 😍) tapi saya rindu sama alasan saya dulu itu. 

Salah satu job memotret produk Madu Uray yang berawal dari nulis bloh


Saya rindu menulis resep dan cerita tentang makanan tanpa diburu-buru. 

Saya rindu membaca buku, blog, dan film kuliner sebagai acuan untuk blog ini. Untuk bahan riset novel saya berikutnya. Saya rindu...

Saya rindu dan ingin pulang pada kenyataan bahwa saya ingin pembaca blog saya mendapat pengalaman yang berbeda ketika membaca dan mengunjungi blog saya. Bukan sekadar blog yang mengulas resto, cafe atau warung (tanpa bermaksud mengecilkan blog teman-teman yang memang ditujukan untuk mengulas resto ya _kecup satu-satu-) tapi blog yang menggerakkan hati teman-teman untuk pergi ke dapur, mencoba resep saya dan akhirnya menjadi bahagia. 

Saya jadi belajar motret produk, loh. 


Iya, saya ingin pengunjung blog saya menjadi bahagia ketika selesai membaca tulisan saya. 

Saya juga rindu dan merasa sangat bodoh karena sudah tak punya waktu untuk membaca santai, menandai dan mencatat diksi yang baru saya tahu. Padahal dulu saya masih rajin melakukan hal ini. Demi apa? Demi bisa menulis tulisan yang saya banget, yang bisa bikin kalian bahagia. 

Jeda. Dan Belajar Lagi. Itu yang Saya Butuhkan.

Jadi nih, saya benriat mengambil jeda agak panjang. 

Supaya saya bisa mengelola blog ini lebih baik lagi. Nggak sekadar tulisan yang diburu waktu. Nggak seakdar ulasan yang memuaskan klien. 

Supaya pengalaman dan ilmu saya bertambah di dunia blogging. 

Supaya saya tidak mengecewakan nama-nama blogger yang sudah saya sebut di atas. Yang karena perhatian dan jasa mereka, saya bisa seperti sekarang. Juga teman-teman blogger lain, yang selalu saya kagumi, yang status facebooknya membantu saya, yang foto dan caption IG-nya saya sukai.

Karena saya percaya pada ungkapan, mundur selangkah untuk maju seribu langkah. :)

Makanya saya mau menggalau saja dulu, hahaha. Dan itu alasan saya mengikuti BPN 30 Day Blog Challenge. Biar bisa menulis santai, biar bisa memupuk apa yang sudah saya tanam.

Jadi ya, betah-betahin menyimak kegalauan saya selama 29 mendatang ya. Lol.

Salam,

Dydie Kitchen Hero





Komentar

  1. Akupun merindu menulis tanpa diburu si singa mati dari si pember order. Akibatnya hiatus tak berkesudahan. Kita jadi saling menggalau.
    Btw. 1 down, 29 more to go! Semangatlah kakaaa

    BalasHapus
  2. iya...ikutan challenge ini juga biar sekalian bisa ngegalau. banyak temanya yang bisa diisi curhat

    BalasHapus
  3. Iya, salah satu alasan ikut even ini biar bisa ngegalau. banyak tema yang bisa diisi curhat

    BalasHapus
  4. Iya banget! Kadang aku pun merasakan kerinduan saat ngeblog di awal-awal dulu. Menulis apa yang ingin aku tulis. Cuma kadang waktunya yang gak ketemu. Semoga ya, challenge ini membuat semangat bangkit lagi.
    Selamat menggalau sejenak ya, Mbak.. jangan lama-lama. Nanti ada yang rindu. Rindu itu berat.. hahaha

    BalasHapus
  5. dikau dah keren banget mbakkk. aku liat fotomu aja udah bahagia, palagi baca tulisannya. aku enjoy banget baca novel kulinernya mba dydie. terus menginspirasi yaa :*

    BalasHapus
  6. Awal nulis di blog gak pernah kepikiran bisa mendapatkan uang hahaha... Tapi beneran lbh asyik nulis di idajourneys yg bukan pesanana..hehe

    BalasHapus
  7. 'Rindu menulis tanpa diburu'wkwk....banget mbak...:)

    BalasHapus
  8. idem mb Inna, bu Paus udah femes pisan jadi mun ngeblog mah sama kayak makan cimol sebiji cuman berishin gigi :D
    dari picture sampe penyajian katanya ibu Paus tuh jago banget kalau nulis resep bahkan aku sampe terngiang2 bikin chicken katsu ala kitche hero yg kudu direndem susu :D saking mantulnya bu Paus bikin deskripsi resep

    BalasHapus
  9. Ih saya pisan, nulis sejak SD
    Pingin seperti Layla Chudori yang keren itu :)

    BalasHapus
  10. Semangat mbak Dy, saya kangen blog yang isinya curhatan murni dari pemiliknya. Mudah2an keinginannya untuk kembali mengurus blog tercapai.

    BalasHapus
  11. Yess, ada beragam alasan yang membuat para blogger ikut menantang dirinya sendiri dalam pertarungan 30 Day Blog Challenge ini. Kalau saya sendiri, challenge ini adalah pertarunganku melawan mood menulis yang masih timbul tenggelam. Semoga kita berhasil melewati 30 hari ini dengan sukses, full gak ada bolong (berasa puasa aja, nih)

    BalasHapus
  12. I feel u Teh hehehhe entahlah di satu sisi saya seneng bgt di endorse produk skincare mahal yg ngga bisa dibeli saat saya kerja keras bagai quda, tapi kadang saya merasa diburu2 deadline hahahah

    BalasHapus
  13. Dan melihat foto makanan hasil jepretan teh dydie di blog sudah terbukti berhasil membuat saya bahagia lho. Apalagi kalo bisa mencicipi langsung makanannya #eh. Karena saya kurang suka praktek ke dapur..sukanya makan hihi

    BalasHapus
  14. Menulis tanpa terburu-buru, aku pun rindu

    BalasHapus
  15. Aku tuh suka kagum deh sama blog yang bisa konsisten ama niche lho, tinggi banget dedikasinya.

    Aku aja pengen bikin blog khusus drama korea maju-mindur terus, khawatir gak bisa konsisten atau kehabisan energi di tengah jalan huhuhu. Akhirnya cuma. Sekedar bacot di twiter atau IG aja.

    Semoga kita bisa semangat terus ngeblog-nya yaaah :)

    BalasHapus
  16. Sekarang udah kembali ke jalan yang benar gitu teh niat awal ngeblognya. Ehehehehe

    Aku pernah juga ngerasain ini bahkan malah jd ambisius gitu lupa niat awal ngeblog

    BalasHapus
  17. hihihihi bener teh, aku juga kangen mengisi blog dengan curhatan. makanya ikutan challenge ini, smoga bisa konsisten :)

    BalasHapus
  18. Kalau saya, pasti lgsg bahagia kalau udah baca terus ada sampel hasil masakannya juga hihihi...

    BalasHapus
  19. bahkan seorang blogger pun punya banyak dilema dan cerita yah di balik blognya

    BalasHapus
  20. Saya jg mulai menej waktu nih pengen bisa nulis yg bukan pesanan aja...tp bs nulis yg lain yg sesuai dgn hati.

    BalasHapus
  21. Semangat terus ngeblognya ya, Teh.
    Apa pun tulisannya akan selalu bermanfaat :)

    BalasHapus
  22. aku juga suka banget nulis tentang makanan. Makanya kalau nulis review makanan aku mah jarang buru-buru penginnya sedetail mungkin. Aku suka banget tulisan Teh Didy tentang makanan :)

    BalasHapus
  23. Pertama kenal Teh Dy kayaknya waktu event Dilmah deh. Lihat tulisan & foto teteh bagus2 aku kira itu udah lama menggeluti dunia food blogger. Anyway aku suka loh baca blog kuliner Teteh.
    Iya suka kangen juga pengen nulis bebas tanpa diburu2 gitu...

    BalasHapus
  24. Tulisan teh disu menyentul saya juga yang rindu dengan menulis blog lebih santai tidak teeburu-buru, dan memang saya pun perlu jeda nih sepertinya

    BalasHapus
  25. Mbak Dyah, jarang lho sekarang blogger Indonesia yang tekun menulis tentang memasak. Food blogger sih banyak, tapi kebanyakan ya isinya tentang komentar-komentar mereka akan suatu tempat makan. Tapi Mbak Dyah memberi komentar personal sendiri tentang cara memasak, dan itu terdengar tulus karena Mbak Dyah memang sehari-harinya suka memasak. Selamat konsisten terus dengan niche ini ya, Mbak :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca blog saya. Saya akan senang membaca komentarmu. Mohon tidak meninggalkan link hidup ya. :)