Sharing Session Episode Yogya: Sebuah Perjalanan Menemukan Passion dan Teman Baru




Perjalanan menemukan passion adalah bagian paling menyenangkan dari hidup. 

"Saya jatuh cinta pada keramik sejak masih remaja. Sejak itu saya bertekad untuk mempunyai pabrik keramik sendiri," pak Roy Wibisono berseloroh siang itu. 

Sementara mas Thomas Sastrowardoyo mengenang masa-masa menemukan passionnya dalam bidang fotografi makanan dengan antusias. "Jurusan yang saya pilih ketika kuliah dengan jalur yang saya ambil sekarang, terjun bebas!"

Saya dan tim... Maksudnya, saya dan Ika (karena kak Irma Desmayanti nggak bisa ikut ke Yogya) hanya melakukan 30 menit briefing di malam sebelum acara Sharing Session Episode Yogya dimulai. Sesingkat dan semudah itu. Kemudian saya salah menentukan deadline lomba foto, hahaha.

Akhirnya, kami sampai di episode terakhir musim ini (siapa tahu musim depan ada beberapa episode lagi yekan?) dari rangkaian seluruh acara Sharing Session. Menggandeng Grand Tjokro Bandung dan Tjokro Style Yogya, acara ini menjadi trend setter acara sharing session lainnya. Bangga dong!



Sesi 1 Bersama Thomas Sastrowardoyo

Episode kali ini membuat saya belajar lebih banyak lagi tentang apa itu kerja keras, passion, keteguhan hati dan menjadi diri sendiri dari dua nara sumber lainnya. Adalah mas Thomas Sastrowardoyo, seorang fotografer makanan yang sudah malang melintang di dunia fotografi makanan di Yogya yang didaulat membuka acara talk show tempo hari.

Berawal dari kecintaannya akan makanan, mas Thomas sering memotret, mengunggahnya di Instagram dan memberi caption semenarik mungkin. Dari sana perjalanan karir fotografinya melaju pesat dan semakin meninggalkan jurusan yang dipilihnya saat kuliah. Dan ia sama sekali tidak menyesal.



Founder dari akun @streetfoodstories ini kemudian banyak berbagi tips memotret ketika beberapa orang peserta mulai bertanya. Beberapa tipsnya saya rangkum di sini ya:


  • Meski hanya pamer di Instagram, pastikan foto yang diunggah adalah foto yang profesional. Arti profesional di sini adalah yang dikerjakan secara serius sehingga menghasilkan foto yang bagus.
  • Jangan ragu berinvestasi pada properti foto (makanan).
  • Saya selalu melakukan riset sebelum hari H pemotretan. Ketika diminta memotret di kafe atau restoran, sehari sebelumnya saya akan datang untuk melihat suasana kafe, menu yang disajikan dan plating. 
  • Sebelum memotret tentukan konsep, apakah breakfast/table situation atau yang lain. 

Sebelum mengakhiri sesinya, mas Thomas juga memandu para peserta memotret Mangut Ikan Patin Mbah Tjokro dari Citrus Restoran.  


Sesi 2 : Roy Wibisono

Di kalangan foodgramer dan food blogger, produk Nuanza Porcelain adalah suatu kebanggaan. Para foodgrammer biasanya berlomba-lomba mengoleksi produk Nuanza Porcelain yang dikenal unik dan cantik. 



Siang itu kami bertemu dengan pak Roy Wibisono, pemilik Nuanza Porcelain yang jauh-jauh datang dari Boyolali khusus untuk bertemu peserta sharing session episode Yogya. Jika di awal mas Thomas berkisah tentang perjalanannya menemukan passion, pak Roy bercerita tentang keteguhannya terhadap satu bidang yang kini membawa sejumlah prestasi, keramik.

Sejak remaja, pak Roy memang sudah tertarik pada keramik dan bertekad suatu saat nanti akan mempunya pabrik keramik dengan formula yang dibangun sendiri. Tekadnya saat itu membuat pak Roy selalu lekat dengan keramik, belajar tentang keramik di mana pun kaki melangkah. Jatuh bangun di urusan satu ini, bukan lagi hal baru untuk pak Roy. 

Hingga akhirnya Nuanza Porcelain didirikan tahun 2008 dan hingga kini menorehkan prestasi yang luar biasa. Menurut pak Roy, kalau saja kala itu ia menyerah, mungkin tak akan pernah ada Nuanza Porcelain. 

Kisah jalan-jalan ke pabrik Nuanza Porcelain bisa dibaca di Nuanza Porcelain: Berawal Dari Passion, Kini Membuahkan Sederet Prestasi

Satu hal yang kami sepakati kala itu adalah bahwa di pengujung hari, tentukan satu pilihan dari sekian hobi yang kita yakini, tekuni, cintai dan jangan pernah menyerah. Karena seperti kata pak Roy, "Lakukan pekerjaanmu secara detail. Hasilnya akan sepadan."


Sesi 3: Adalah Sesi Terpendek dan Absurd yang Pernah Ada -,-

Seharusnya saya bicara di depan teman-teman para food blogger, foodgramer, kompakers Yogya, dan calon penulis tentang passion saya yang paling menghantui saya, menulis. Seharusnya.

Tapi apa daya, pikiran saya terlalu ria oleh perbincangan bersama mas Thomad dan pak Roy, sehingga otak saya mengalami disorientasi alias blank. Saya kehilangan kata-kata, saya bahkan tidak bisa mencerna materi-yang-ternyata-salah-tema-dan-belum-saya-baca-sebelumnya.

Satu-satunya yang bisa saya ingat adalah ketika salah seorang peserta menanyakan tentang passion. "Bagaimana kita tahu bahwa pilihan passion kita tepat? Bagaimana menentukan apa passion kita?"



Jawaban saya adalah, "Ketika kita sudah merindukan hingga tahap menyandu suatu kegiatan, itulah passion. Saya sudah merindu membuka netbook dan memindahkan ribuan kata di benak sejak tiba di Yogya, karena menulis sudah menjadi candu buat saya."

Kemudian,

"Ketika kita sudah merasa nyaman dan secure dengan pilihan kita, itulah passion. Kerjakan, pelan-pelan saja karena waktulah yang akan membuktikan."

Tsaaah, entah kenapa saya jadi melankolis begitu.

Anyway, dengan sesi ketiga yang nggak jelas tadi berakhir pula keseruan sharing session episode Yogya dan berakhir pula beban yang melingkar di bahu kami. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah turut serta dalam perjalanan luar biasa ini bersama kami.

Terima Kasih Saja (Sebetulnya) Tidak Cukup

Saya tahu, ucapan terima kasih saja sebetulnya tidak cukup mewakili bagaimana perasaan kami kepada semua pihak yang sudah mendukung acara kami. Maka, teriring doa dan rasa syukur untuk secuil kepercayaan kepada kami. Semoga kerja sama ini diberkahi Allah swt, langgeng dan membekas dalam ingatan manis. Aamiin.

Khusus untuk sharing session episode Yogya yang sudah percaya pada kami: @kanuku.id, @morisdiak dan @qiarahomemadebakery dan tentu saja Tjokro Style Yogya. Terima kasih yang tak terhingga, semoga tidak kapok bekerja sama dengan kami lagi.

Terima kasih untuk mbak Terra dari Grand Tjokro Hotel Bandung, Mbak Ira dari Tjokro StyleYogya, Angin Photo School Bandung, Denu Cokelat, Canon, Kaus Gurita, Nuanza Porcelain, Rumah Meranti dan para blogger.

Untuk Uwien, pemenang dari episode dua yang tak kenal lelah mengikuti jadwal kami selama di Yogya; semoga mengalami pengalamanan yang luar biasa bersama kami. Semoga persalinannya lancar ya, Bumil. Pun dengan Efi, sebagai perwakilan dari Kumpulan Emak Blogger. Dan mas Najip, yang menjadi driver selama di Yogya. Juga pada Vio yang tidurnya menjadi pertanda apakah jauh tidaknya perjalanan kami. Hahaha.

Terakhir, untuk teman perjalanan yang sedari awal menghubungi saya dengan sebuah pesan singkat tentang niatnya untuk mengadakan acara ngobrol santai seputar fotografi makanan, IKA RAHMA. Terima kasih sudah menepuk bahu saya, mengajak saya dalam perjalanan penuh makna (tsaaah) dan berbagi banyak kisah dan ilmu. Doakan saya sesakti dirimu ya!

Ika adalah sosok tangguh yang banyak menyimpan ilmu dan rela membaginya kalau kamu tahu 'kata kuncinya'. Ini sebenarnya Ika atau akun media sosial? Hahaha.

Entah kenapa dia berkenan mengirimi pesan singkat itu, mengingat saya bukanlah siapa-siapa kecuali seorang pembelajar yang menyukai kesunyiaan. Ditarik dalam gegap gempita begini, saya perlu penyesuaian yang  berakhir dengan rasa syukur karena saya bisa lebih mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri.



Untuk Irma Desmayanti yang dengan sabar mengurus para peserta, pun teguh dengan segala drama yang ada, terima kasih! Semoga teko Nuanza Porcelainnya cocok di hati. Lol.

Akhir kata, terima kasih untuk semua doa, cibiran dan drama-drama yang sudah kalian ketikan di akun WhatsApp kalian. Terima kasih sudah mengajarkan kami arti sebuah peribahasa, anjing menggonggong kami berlalu bersama lagu bojo galak yang selalu disenandungkan Ika. Percayalah, kami tak melulu harus berhenti dan melempar batu setiap kali ada anjing yang menggonggong pada kami, karena buat kami perjalanan adalah sebuah proses yang lebih berarti dan menyenangkan.

Terima kasih.

Salam,

Dyah Prameswarie

Komentar

  1. Wuaaaa selamat ya, Teh Dydie. Energinya besar patut dicontoh. Saya ngikutin acaranya walo gak hadir hehehehe. Memang mantap & bikin iri aja krn gak bisa ikutan. Mau daftar yg acara pertama di Bandung, udah ada kerjaan lain. Acara kedua, mesti ke bromo. Bikin lagi ya, mudah-mudahan nanti saya ikutan ❤

    BalasHapus
  2. Next ada sharing session lagi saya wajib ikutan, sukses selalu nak :*

    BalasHapus
  3. Aku tunggu episode berikutnya,Dek (((dek))).
    Ngomong-ngomong soal riset lokasi resto sebelum acara itu ga kepikiran olehku. Pantesan feed ignya Mas Thomas rapi dan terkonsep, ya

    BalasHapus
  4. Wah baru tau nih cerita singkat di balik nuanza porcelain yg unyu ituh..memang beda banget ya produk yg dihasilkan dr hati n sesuai passion😘

    BalasHapus
  5. Ya Allah, aku terharu disebutkan dalam tulisan ini. hiks

    Sukses terus ya teh Dy dan mbak Ika. jangan kapok nraktir aku. :)

    BalasHapus
  6. Kuncinya adalah teguh pada passion. Makasih sharingnya,Mbak Dy. Dirimu memang melankolis kok. Novel Dua Sisi di Mata Fe,salah satu contohnya 😊

    BalasHapus
  7. Teh Dydie kereen, deh! Bisa berbagi untuk banyak orang. Semoga nanti kalau ada event selanjutnya, saya bisa ikutan, ah..

    BalasHapus
  8. Waaah seru nih acaranya. Sukses yah bt acara2 berikutnya. Mg makin eksis narsis lg πŸ˜…πŸ˜πŸ‘. Eh, kolaborasi duo Di patut diabadikan nih πŸ˜‚

    BalasHapus
  9. Hebat teh, dari nulis, trus jadi pembicara, tentang passion lagi. Ak juga mau ikutin kata teteh ah, aku udah mulai nyaman nulis, kerjain pelan-pelan ya teh. Maaciih suhuque πŸ‘Œ

    BalasHapus
  10. MashaAllah...
    Aku tuuh...suka amazing kalo teh Dydie meledakkan kata-kata yang katanya tersimpan.
    Bener merasa senasib, namun tak sanggup ku hempaskan.

    ((karena takut cibiran. Hiiks~~))

    Andaikan ku bisa lebih jujur dengan apa yang aku rasa yaa, teh..

    ((ini teh...komen naon?? Asa teu nyambung sama tulisan teteh...Gak apa yaa, teh...tjoerhat))

    BalasHapus
  11. teh dy, keren. aku ngefans sama teteh, bikin workshop lg teh

    BalasHapus
  12. Teh Dydie & Mbak Ika junjungan pisan. Makasih udah share ilmunya, beruntung bisa ikutan walopun cuma di episode 1.

    Semoga makin banyak menebar kebaikan, bermanfaat buat orang banyak, dan selalu jadi inspirasi yang nggak pernah lelah buat mengejar passion. Barakallah ya teh πŸ™

    BalasHapus
  13. aku langsung kepoin Nuanza porselen nyaa. Gile keren!

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca blog saya. Saya akan senang membaca komentarmu. Mohon tidak meninggalkan link hidup ya. :)