Menyeruput Kenangan di Warisan Kopi




Kopi, Mana, Kopi?

Aroma tanah bercampur asamnya buah-buahan yang mulai menderas dan meluncur ke dalam cangkir mungil. Atau kucuran susu yang sudah di-steam dan dibentuk menjadi lekukan indah, derai tawa yang mengiringinya atau mungkin kesunyian yang tercipta diam-diam dalam hati. 
.
.
.
Saya selalu merindukan menyeruput kopi di kedai kopi.

Syukurlah penantian saya usah sudah ketika rumah saya digempur oleh sepasukan kedai kopi lokal. Setidaknya ada lima kedai kopi yang terdekat dari rumah. Ini membuat saya bahagia, meski jarang sekali melipir ke sana karena Al selalu mengintil. Kan sama sekali enggak asik, nyeruput kopi sambil mengejar bocah lima tahun yang aktif dan lincah. Lol. :D

Nah, hari Minggu lalu (3 September 2017) saya dan suami berkesempatan menyeruput kenangan di salah satu kedai kopi yang paling dekat dengan rumah kami. Loh kok, menyeruput kenangan, bukan kopi?

Jadi nih, lokasi di mana kedai kopi lokal, WARISAN KOPI ini adalah rumah masa kecil suami. Ketika kami ke sini berbulan lalu, suami sempat ngobrol dengan Kang Yudhi, pemilik sekaligus barista di sini. Rupanya mereka masih satu angkatan dan pernah main bareng. 



Dan ketika Teh Irene, istri Kang Yudhi, mengundang kami malam itu unuk menghadiri soft launching Warisan Kopi. kami harus datang! Hihihi.


Konsep dan Tema Baru Warisan Kopi

Menurut Teh Irene, hari itu adalah pembukaan kembali Warisan Kopi dengan konsep dan tema baru. Bukan sekadar kedai kopi yang menyajikan kopi enak, tapi ada satu yang berbeda. Ketika masuk ke Warisan Kopi malam itu, saya dan suami disambut dengan ucapan salam yang membuat hati luruh.

"Assalamu'alaikuuum," sapa seorang waiter yang mengenakan gamis dan niqab hitam. Masya Allah, kami baru sekali ini mengunjungi kedai kopi dan disambut seperti ini. Senang juga, sih.

Teh Irenelah yang akhirnya duduk dan menyapa kami. Teh Irene bercerita tentang konsep baru Warisan Kopi. 

"Kami ingin kedai kopi yang Syar'i," jelas Teh Irene malam itu.

Jujur ini membuat saya berkerut dahi, Syar'i? Yakin? Teh Irene mengangguk mantap. Tolong jangan salah kaprah dulu, Warisan Kopi tidak ingin mengotak-kotakan pengunjung kok. Penikmat kopi non Muslim boleh datang, tetap disambut hangat dengan pintu lebar yang siap menguarkan aroma kopi.

Yang dimaksud dengan Syar'i di sini adalah waiter yang kebanyakan muslimah dan mengenakan gamis dan jilbab Syar'i. Alasan Teh Irene masih bisa saya mengerti, "Selama ini teman-teman yang mengenakan hijab, selalu terbentur ketika ingin bekerja apalagi di bidang kuliner."

Saya mengangguk setuju untuk yang satu itu. 

Alasan kedua membuat saya mengangguk lebih mantap. Teh Irene dan Kang Yudhi tidak menerima kartu kredit di kedai kopi mereka. Kita semua tahu tentang "riba" ini, kan? Kecuali cash dan kartu debit, Warisan Kopi tidak menerima pembayaran dengan kartu kredit. 

Masuk akal kan? Masa untuk secangkir kopi di bawah 50.000 masih harus menggesek kartu kredit sih? Keluarin dong recehannya, hahaha. Anyway, barakallah ya, Teh Irene dan Kang Yudhi.




Di Mana Menemukan Secangkir Kopi Paling Enak Se-Cimahi?


Kalau soal kopi, Warisan Kopi enggak perlu lagi ditanya. Saya suka kopi di sini. Minggu lalu mereka menyeduh dua macam kopi yaitu Ciwidey Honey dan Sunda Arum Manis. Ciwidey Honey ini enak diseduh sebagai espresso. Rasa fuity-nya terasa sekali, ada sedikit rasa asam yang samar. Apalagi diseduh dengan teknik cold brew yang sempat dibagikan Teh Irene sepanjang hari itu, namun sayangnya kami kehabisan. 

Sementara Sunda Arum Manis adalah kopi yang cocok untuk milk based coffee alias kopi yang dicampur dengan susu, seperti Capucino, Latte atau Tiramisu. Nah yang terakhir ini bikin saya dan suami angkat topi untuk Kang Yudhi dan Lucky (salah satu barista di Warisan Kopi). Tiramisunya enak luar biasa! Lembut tapi tonjokan Sunda Arum Manisnya masih terasa. Ini akan jadi favorit kami di sini.

Sekarang Warisan Kopi juga menyediakan makanan yang...well, not bad. :)) Ada olahan salad yang diolah jadi beragam hidangan. Saladnya sendiri terdiri dari irisan kasar letuce, tomat dan ikan tuna. Dipadukan dengan mayonese dan tortilla, Warisan Kopi punya Twister (berupa salad yang digulung dalam tortila, dipanggang sebentar dan disajikan dengan kentang goreng), Tortilla Pizza (berupa salad yang digapit dua tortila dan dipanggang sebentar, dipotong segituga dan disajikan dengan kentang goreng), juga roti panggang keju dan cokelat.

Tiramisu

Tortilla Pizza

Roti Bakar Keju


Warisan Kopi memang sudah beberapa kali pindah tempat dan semoga ini adalah tempat terakhir. Lokasinya memang agak nyempil dari jalan utama tapi cukup mudah ditemukan mengingat ikon GOR Sangkuriang Cimahi yang melegenda. 

Tanggal 10 September 2017 ini mereka akan mengadakan Grand Opening. GRATIS kopi dan makanannya loh. Mari datang, temui saya dan ngopi bareng. ;)

Berikut peta lokasi Warisan Kopi 



Komentar

  1. Wah asik nih bisa icip2 gratis syngnya jauh...

    BalasHapus
  2. keren, jarang sekali memang warung kopi atau kedai kopi dengan konsep syar'i seperti ini, mudah2an berkah yaa usahanya teh Irene dan suami

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, jarang memang. Bikin takjub :)

      Aamiin, makasih doanya :)

      Hapus
  3. Wah jadi penasaran nih sama konsep kedai kopi syar'i seperti apa. Moga aja ada di kota-kota lainnya. Amiinn.

    BalasHapus
  4. Pengen kenal lebih jauh sama teh irene nya boleh kah teh ? Pengen ngobrol2 tapi blm bs ke cimahiii...gmn ya ?

    BalasHapus
  5. Teeeh..punteen,mau kenal teh irene lebih jauh bisa gak yaaa ? Pengen ngobrol banyak bangeett soal hijraaah..gimana ya teh caranya ?

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca blog saya. Saya akan senang membaca komentarmu. Mohon tidak meninggalkan link hidup ya. :)