#NutriTalk: Antara Pencernaan Sensitif dan Tumbuh Kembang Anak (#CulinaryTalk)


Seorang bocah SD terpaksa selalu kena hukuman, dimarahi guru dan orang tuanya karena sikapnya yang 'liar'. Hampir setiap hari bocah ini berkelahi dengan temannya. Suatu ketika orang tuanya membawa si bocah menemui seorang ahli tumbuh kembang anak. Di situlah baru diketahui ternyata tingkah laku bocah tersebut berhubungan dengan pencernaannya yang sensitif. 

Loh, kok bisa?


Kaget ya membaca berita tersebut? Ini bukan karangan saya, loh, tapi bocah tersebut adalah pasien dari DR. Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K) seorang konsultan tumbuh kembang anak. Usut punya usut, ternyata bocah tersebut menderita konstipasi kronis sehingga setiap hari ia keciprit (maaf) di celana*. Aroma tak sedap yang menguar dari bocah tersbeut memicu ejekan dari teman-temannya. Itu sebabnya ia berlaku amat defensif dan menyerang teman-teman yang melakukan bullying terhadapnya.


DR. Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K)

Awalnya saya juga tidak menyangka kesehatan saluran cerna bisa berhubungan erat dengan optimalisasi tumbuh kembang anak. Saya jadi bengong dan berulang kali menggumamkan kata 'oooh!' selama acara #NutriTalk berlangsung.

Bahkan, Dr. Badriul Hegar, Ph.D, SpA(K) mengatakan, "Saluran cerna memiliki peran unik dan penting bagi kesejatan setiap anak, karena tida hanya mencerna dan menyerap makanan tetapi juga sebagai pembatas antara 'dunia luar' dan 'dunia dalam'.

Dr. Badriul Hegar, Ph.D, SpA(K)

Saya juga baru tahu bahwa di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua (15-17%) pada anak usia di bawah lima tahun, sedangkan konstipasi kronis dialami oleh 12% anak Indonesia. Miris ya?

Jadi, apakah pencernaan sensitif tersebut? Lalu apa yang disebut dengan gangguan saluran pencernaan?

Nah, di acara #NutriTalk bersama Sari Husada, semua pertanyaan itu terjawab. Begitu cara mendeteksi pola BAB anak pada usia 0-3 tahun. #NutriTalk sendiri adalah forum diskusi yang diselenggarakan untuk menyebarkan pengetahuan kesehatan anak kepada masyarakat luas. Kali ini, #NutriTalk hadir dengan tema Pencernaan Sensitif pada Anak.

Bunda, seorang anak dikatakan mengalami gangguan pencernaan bukan hanya ketika ia terserang diare saja tetapi juga saat anak mengalami sembelit atau konstipasi kronis. Ketika ia kekurangan serta, maka pencernaannya akan bermasalah. Anak akan jadi susah BAB karena saluran pembuangannya sakit. Semakin ditahan, ia justru akan semakin kesakitan. Namun, mengatasi konstipasi bukan dengan mencekoki anak dengan banyak serat tetapi melakukan terapi rutin. 

Konstipasi adalah ketika anak mengalami BAB dnegan tinja keras dan frekuensi kuran dari dua kali dalam seminggu.

Sebaliknya, ketika anak terserang diare jangan buru-buru meminta dokter memberikan antibiotik. Beri anak banyak cairan (minum air putih) agar ia tidak dehidrasi. Segera konsultasikan dengan dokter apabila diare berlanjut. Seringkali, diare terjadi karena rata-rata pencernaan orang Indonesia alergi terhadap lactosa.



Diare adalah kondisi di mana anak BAB cair lebih dari tiga kali sehari. Keadaan ini dapat disebabkan oleh infeksi, seperti virus, bakteri, parasit dan jamur. Juga bisa disebabkan non-infeksi seperti alergi atau intoleran makanan.

Pola BAB pada anak ini bisa ditelusuri dengan cara mengamati terhadap frekuensi BAB, warna feses serta konsitensi. Ketika seorang bayi atau anak pola BAB-nya hanya dua kali per minggu, namun anak tersebut tidak kesakitan ketika mengejan pada saat mengeluarkan feses, maka hal ini normal.

Yang bikin saya kembali tertegun bukan hanya kasus di atas tetapi kenyataan bahwa 1000 Hari Pertama Kehidupan juga berkaitan erat dengan kesehatan pencernaan, lo, Bun. Begini, 1000 HPK merupakan window of opportunity dan masa kritis untuk perkembangan otak anak. Sehingga bila terdapat gangguan pada HPK, ini bisa memengaruhi pertumbuhan anak dari sisi berat dan tinggi badan, MBI, lingkar kepala. Juga memengaruhi pertumbuhan anak dari sisi motorik dan personal emosi.

Untuk mencegah hal yang tidak menyenangkan terjadi, sebaiknya Bunda mulai memerhatikan asupan makanan dan nutrisi sang buah hati. Selalu perhatikan pola BAB anak, juga kebiasaan makannya sehingga kesehatan pencernaan anak terjaga.

Sampai jumpa di #CulinaryTalk lainnya ;)

Komentar

  1. Waaaah serem juga ya Mak, kalo sistem pencernaan yang kurang baik bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak kita. Bagus sekali nih ya materi acaranya, makasi sharingnya ya Maaaak

    BalasHapus
  2. Ini anakku dicurigai bermasalah juga saluran cernanya.. krn berat badan yg msih kurang mbak.. dokter anaknya curiga gizi makanannya ga terserap sempurna.. tp kalo masalah bab, ga ada masalah, ga diare ato konstipasi juga.. anaknya ttp lincah, jd sampe skr pun msh blm jelas ini masalah di mana. udh konsultasi ama ahli gizi juga.

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca blog saya. Saya akan senang membaca komentarmu. Mohon tidak meninggalkan link hidup ya. :)