Seutas Masa Kecil di Sepincuk Nasi Pecel

Nasi Putih Pulen 

Kenangan Masa Kecil

Pagi itu saya sengaja pergi ke pasar demi memperoleh bahan-bahan untuk membuat salah satu menu sarapan favorit saya. Dalam catatan belanja, saya sudah mencatat bahan yang mesti dibeli. Ada seikat bayam, sebungkus tauge, kemangi, sekerat tempe, beberapa lembar daun pisang dan kacang tanah. Hmm, kira-kira saya mau sarapan apa ya?

Saya sedang kangen dengan nasi pecel.

Itu loh, nasi hangat yang disajikan dengan sayuran rebus dan diguyur dengan bumbu kacang yang dihaluskan. Sayurannya macam-macam, boleh kacang panjang, tauge, bayam, sawi, buncis, daun singkong, kecipir atau apa saja. Biasanya dilengkapi dengan tempe goreng, telur bumbu bali dan rempeyek kacang. 

Ragam Sayuran untuk Pecel

Sejak pindah ke Cimahi bertahun lalu, sulit sekali menemukan penjual nasi pecel. Orang Sunda kerap menyantap bubur ayam atau kupat tahu sebagai menu sarapan mereka. Ini berbeda dengan orang Surabaya. Dari mulai nasi pecel hingga semangkuk soto ayam hangat, menu sarapan kami lebih beragam.

Kali ini saya bertekad untuk membuat bumbu pecel sendiri. Di benak sudah berkeliaran gambaran bumbu kacang dengan aroma daun jeruk, dengan cacahan timun yang segar dan aroma kemangi yang aduhai. Semua itu melengkapi seporsi kecil nasi putih hangat dan rebusan sayuran, juga tempe goreng dan rempeyek. Sempurna!

Biasanya sih nasi pecel memang disajikan dalam bungkusan daun yang menyerupai perahu dan disebut dengan PINCUK. Rasanya kurang sedap kalau makan nasi pecel tanpa pincuk. Tapi kali ini, karena kehabisan daun pisang, saya terpaksa melewatkan pincuk daun pisang.

Nasi pecel buat saya adalah makanan paling favorit sepanjang masa. Buat saya sendiri, nasi pecel punya kenangan tersendiri. Sewaktu SD saya selalu ditanya menu sarapan oleh Mama. Pilihan saya jatuh pada nasi pecel. Karena tak mau ribet, Mama meminta saya untuk membeli sebungkus nasi pecel di ujung jalan. Warung kecil itu milik seorang perempuan tua yang saya lupa namanya, tapi kerap saya panggil Mbah.
Warung pecel ini kecil dan terletak di salah satu sisi jalan perempatan. Tapi bumbu pecelnya juara. Sampai detik ini saya masih ingat bagaimana rasa dan penampakan nasi pecel Mbah. Biasanya saya meminta lauk telur rebus dan ekstra peyek. Nasinya pulen dan masih panas banget, jadi begitu bungkusnya dibuka, aroma nasi panas dan bumbu pecelnya langsung menyeruak. Duh, kangen.

Nasi Putih, Sayuran Rebus dan Bumbu Pecel siap santap

Di masa-masa SMP, lain pula pengalaman saya menikmati nasi pecel. Saat itu saya sudah pindah ke Cimahi dan setiap kali liburan pasti menyempatkan pulang ke Surabaya. Baik di perjalanan dari Bandung menuju Surabaya atau sebaliknya, saya dan kakak (atau Papa siapapun yang menemani saya saat itu) selalu menyempatkan untuk makan nasi pecel di stasiun Madiun atau Blitar. Jadi, kalau keretanya berhenti penjual makanan akan meringsek ke dalam kereta (sekarang sudah tidak dipernolehkan ya). Nah, nasi pecel sederhana itulah yang jadi sasaran kami.

Atau, ketika hendak kembali ke Bandung dan naik kereta pagi (Subuh), kami juga sengaja memesan nasi pecel bungkus. Di Surabaya, nasi pecel memang dijual hampir 24 jam! Serius. Coba saja datang ke Surabaya. Di sore hari, kita dnegan mudah akan menemukan penjual nasi pecel di kaki lima. Tengah malam pun begitu. Bahkan dini hari sekali pun.

Nah, lama sesudah itu, ketika saya sudah menikah dan punya sulung, Mama meminta saya untuk membantunya mengelola sebuah warung pecel. Tadinya belum berupa warung sih, tapi kamu jualan di mobil di daerah Kota Baru Parahyangan. Bermula dari jualan di mobil, akhirnya kami bisa menbung dan menyicil sebuah rumah khusus untuk dijadikan "warung" nasi pecel. Dari situ saya tahu apa dan bagaimana membuat bumbu pecel. Ternyata, bumbu pecel di setiap daerah itu berbeda. Mama lebih condong membuat pecel Madiun. Menurut beliau, keseimbangan rasa pecel Madiun itu pas. Asin, manis, asam dan pedas dengan sengatan aroma daun jeruk.

Ragam Bumbu Pecel

Saya jadi ingat ketika menikmati nasi pecel saat berlibur di Solo. Bakul-bakul pecel itu berjualan keliling dari satu hotel ke hotel yang lain. Ragam sayurnya pun berragam. Mulai dari jantung pisang, petai cina, kecipir hingga bunga kecombrang. Jujur saja, saya sendiri kurang suka dengan bumbu pecel khas Solo (dan mungkin juga Yogyakarta) karena rasa manisnya yang mendominasi. Seingat saya, rasa kencurnya juga kurang terasa.


Bumbu Pecel Bikinan Sendiri


Duluuu, rekan almarhum Papa yang berasal dari Blitar juga pernah membawakan bumbu pecel. Bumbu pecel asal Blitar ini lebih halus dan bercita rasa manis dan gurih dengan tekstur kering. Rasa kencurnya juga tajam, tanpa rasa asam. Rasanya lumayan deh, meski bumbu pecel yang saya rasakan saat itu sudah dicampur dengan bahan lain. 

Yang paling nampol di lidah memang bumbu pecel khas Madiun. Teksturnya lembut, sedikit berminyak, pedasnya dan manisnya pas. Kita juga bisa merasakan sengatan daun jeruk dan kencur meski tidak terlalu mendominasi. Rasa asam jadi penyeimbang semua rasa yang ada.

Bedanya Bumbu Pecel, Lotek dan Gado Gado

Sewaktu baru pindah ke tanah Sunda, setiap kali mencari tukang nasi pecel, orang-orang akan mengarahkan saya ke penjual lotek. Jelas saya berkerut dahi. Lebih heran lagi ketika kebanyakan orang menghantam rata semua bumbu berbahan dasar kacang ini.

"Toh sama-sama berbahan dsar kacang tanah ini," ungkap mereka.

Saya jadi tersenyum kecut, hehehe. 

Lotek, memang sama-sama dibuat dari kacang tanah yang digoreng (atau dihaluskan). Di dalam lotek juga terdapat irisan bawang putih dan sedikit kencur. Juga serutan gula merah. Tapi lotek jelas berbeda dengan pecel.

Pertama, lotek memakai kentang atau ubi rebus yang dihaluskan bersama dengan bumbunya. Bumbu pecel yang asli tidak memakai keduanya. 

Kedua, bumbu lotek dibuat saat itu juga dan lebih encer. Bumbu pecel memiliki konsistensi yang berbeda, jauh lebih padat dan diencerkan ketika akan dikonsumsi.

Ketiga, bumbu lotek sama sekali tidak memakai daun jeruk dan cabai merah. Iya kan? Naaah, bumbu pecel memakai kedua bahan ini. Itu sebabnya aroma bumbu pecel dan lotek berbeda.

Baik lotek dan bumbu pecel juga berbeda dengan bumbu gado gado. Gado gado, meski memakai daun jeruk dan kentang rebus yang dihaluskan, berbeda dengan bumbu pecel. Bumbu gado gado dimasak (direbus) terlebih dahulu bersama dengan santan kental. Kecuali gado gado jakarta yang konon langsung diulek begitu ada pembeli datang.

Ketiga makanan ini, meski sama-sama berbahan dasar kacang tanah goreng (atau sangrai) masih berbeda pula dengan bumbu ketoprak, bumbu kupat tahu petis, dan bumbu batagor. Indonesia memang kaya budaya kuliner ya ;)


Bumbu Pecel, Bekal Paling Praktis yang Bisa Mendunia


Menurut saya, selain rendang, makanan yang paling praktis dibawa ketika berpergian adalah bumbu pecel. Saya memang belum pernah ke luar negeri sih, tapi berdsarkan pengalaman teman dan saudara yang tingal di sekitar Eropa atau yang sedang menunaikan ibadah haji di Makkah, mereka selalu membawa bumbu pecel.

Ini karena bentuknya yang padat dan mudah dicairkan begitu hendak dikonsumsi. Juga karena awet meski tanpa menggunakan bahan pengawet. Asal kualitas bahannya terjamin ya. Saya akan mendukung sekali jika bumbu pecel masuk ke dalam daftar 50 jenis hidangan terlezat di dunia.

Orang Jawa (di rantau) mana sih yang tidak membekali dirinya dengan bumbu pecel? Hihihi. Ini karena rasa bumbu pecel yang bikin kangen. Juga karena alasan kepraktisan. Atau mungkin karena alasan kesehatan. Bumbu pecel memang disajikan dengan sayuran rebus yang mengandung banyak serat yang dibutuhkan oleh tubuh.

Kacang tanah sebagai bahan utamanya juga punya kandungan gizi yang baik. Menurut WIKIPEDIA, mengonsumsi satu ons kacang tanah dalam lima hari dapat membantu mencegah penyakit jantung. Ini karena dalam satu ons kacang tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega 9. Kacang tanah juga dilaporkan mengandung fitosterol yang dapat menurunkan kadar kolesterol dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang kemudian disirkulasikan dalam darah.


Berikut adalah informasi gizi dalam bumbu pecel madiun yang saya peroeh dari situs Fat Secret Indonesia.


Informasi Gizi dalam Bumbu Pecel


Kali ini saya mau membagikan resep bumbu pecel sederhana yang maknyus. Biasanya sih saya membuatnya dalam jumlah banyak, lalu disimpan. Sarapan dengan pecel itu surga dunia! :D Tapi resep di bawah ini dibuat untuk porsi kecil ya. Lumayan kok bisa untuk empat kali makan dengan anggota keluarga tiga orang.


Bumbu Pecel ala Dyah Prameswarie


Bumbu Pecel yang Sudah Dicairkan


Bahan:

  • 250 gram kacang tanah, sangrai atau goreng. Jika digoreng, pastikan minyak goreng dalam kualitas baik
  • 3 buah cabai merah, buang isinya dan cuci bersih
  • 6 siung bawang putih, iris tipis dan goreng
  • Cabai rawit sesuai selera
  • 2 cm kencur, kupas dan cucu bersih
  • 5 lembar daun jeruk, buang tangkai
  • 1 sdt terasi
  • 80 -100 gram gula merah jawa, sisir halus
  • 5 sdm air asam dari asam jawa yang direndam air dan dihaluskan 
  • Garam secukupnya

Cara Membuat:
  1. Sangrai atau goreng kacang tanah. Haluskan dengan alu atau blender.
  2. Haluskan bumbu berikut: bawang putih goreng, cabai merah, cabai rawit, daun jeruk, terasi dan kencur.
  3. Panaskan minyak untuk menumis. Tumis bumbu halus sampai harus, masukkan gula merah jawa, garam dan air asam jawa. Aduk rata.
  4.  Jika bumbu sudah matang, matikan api. 
  5. Masukkan kacang yang telah dihaluskan, aduk rata.
  6. Bumbu pecel siap digunakan.


 Jelajah Gizi 3


Tulisan ini dibuat untuk Petualang Jelajah Gizi dengan tema Makanan Daerah Yang Mendunia 

Komentar

  1. Lengkap kap kapppp....jadi kangen bumbu pecel
    Xmbil mlicetin kacang

    BalasHapus
  2. Wah, pengalaman nyicip aneka bumbu pecel khas beragam daerah ya... Ternyata masing2 punya keunikan. Emang banyak banget makanan tradisional bumbunya sama2 dari kacang tanah, kalau gak bikin sendiri mah gak bisa bedain, hihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebetulnya dari rasa juga beda kok. Ayo lidahnya diasah dulu #eh :D

      Hapus
  3. Duuuh... tampilannya ndeso banget deh! Saya seneng dan hunting piring-pring kaleng gt. Btw, saya baru tau kalau bumbunya di tumis lhoo.. trmks resepnya Semoga suskes menghadapi tantangan.

    BalasHapus
  4. Setuju! Bumbu pecel itu termasuk yang praktis-tis-tis. Aku juga suka bawa ke mana-mana. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah, Mbak Haya suka bumbu pecel juga? Emang enak dan praktis sih ya :)

      Hapus
  5. Saya orang Madiun, seluruh putra-putri orang tua saya lahir di sana, maka saya setuju bahwa pecel Madiun itu wenak bwanget, yang paling terkenal tentu yang depan setasiun, dimakan pake lempeng (entah keripik, entah kerupuk, haha) yang dibuat dari tepung beras. Setiap kali "pulang kampung", tak pernah tak membawa pulang bumbu pecel.
    Jelaslah beda antara pecel, gado2 dan lotek. Gado2 kan bumbunya halus, pakai telur rebus, kentang, daun selada bokor, kentang. Yang jelas, saya belum pernah lihat bumbu gado2 dan lotek ditenteng-tenteng untuk pergi ke luar negeri :)

    BalasHapus
  6. Saya paling suka sambel pecel madiun mbak, bumbunya mantep

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perpaduan manis, asin, asam dan asinnya itu loh pas ;)

      Hapus
  7. kayak biasa, tulisannya enak dibaca! waduwww gimana sih bisa nulis gitu, teh? meuni lancar pisan kayaknya sekali napas nulis langsung jadi hahaha *lebay*

    ulu doyan pecel, tapi yg bikin sebel kenapa semua bumbu pecel selalu pedes. ulu gak suka pedes. kalo jajan pecel, pasti pedes. kata yg jual sih gak terlalu pedes, kata ulu pedes banget!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku bakal sakti sekali atuh ya kalau sekali tarikan napas, nulis langsung jadi. Wkwkwk.

      Ulu seperti anakku, Afif, yang kurang suka sama bumbu pecel pedas. Kalau bikin sendiri sih bisa diskip cengeknya.

      Hapus
  8. Balasan
    1. Suka juga ya? AKu juga suka lotek sih meski beda jauh rasa dan sensasinya. Hahaha :D

      Hapus
  9. Aaaah kabitaaa, padahal abis makan lho ;p

    BalasHapus
  10. Bumbu pecel emang praktis ya. Aku juga kalo gak ada makanan and males masak tinggal seduh bumbu pecel trus rebus2 sayuran. Jadi deh makan :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca blog saya. Saya akan senang membaca komentarmu. Mohon tidak meninggalkan link hidup ya. :)